Analisa Derby Manchester: Menanti Kejutan dari Jose Mourinho
BolaSkor.com - Derby Manchester akan tersaji di pekan 33 Premier League. Manchester City akan menjamu rival sekotanya, Manchester United, di Etihad Stadium pada laga yang berlangsung hari ini (7/4) pukul 23.30 WIB. Laga nanti bukan sekedar merebutkan tiga poin.
Selain mempertaruhkan gengsi antar sesama klub Kota Manchester, ada titel Premier League yang dipertaruhkan. Bukan untuk Man United, melainkan Man City. The Citizens hanya perlu meraih tiga poin alias memenangi laga nanti untuk memastikan titel Premier League kelima. Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi mereka - fans dan pemain, selain mengunci titel tersebut di depan rival sekota, yang sudah bertahun-tahun lalu sukses di era Sir Alex Ferguson.
Hasrat mereka untuk melakukannya semakin besar karena mereka baru saja menelan kekalahan telak 0-3 dari Liverpool di Liga Champions. Man City jelas ingin bangkit dan tidak ingin kalah dua kali beruntun, khususnya, mereka bermain di depan pendukungnya sendiri. Ini dari sudut pandang Man City.
Man United pun demikian. Kendati target mereka hanya mengamankan peringkat dua klasemen Premier League, Red Devils jelas tak ingin Man City berpesta di depan mereka. Menunda pesta juara Man City akan jadi prioritas utama Antonio Valencia cs. Jose Mourinho, selaku manajer Man United, akan memikirkan anti-strategi untuk menghentikan permainan Pep Guardiola.
Strategi Kejutan The Special One
Mourinho bukanlah tipe manajer yang membiarkan lawan berpesta saat melawan timnya, meski Man United tidak memiliki kepentingan khusus saat ini. Menurut pengakuan mantan anak asuhnya, Zlatan Ibrahimovic, Mourinho tidak akan tinggal diam melihat kans besar Man City bersenang-senang di atas penderitaan Man United. Ia akan membakar semangat para pemain Man United untuk menunda pesta tersebut.
Menyoal kejutan taktik, Mourinho jagonya. Ia sudah membuktikannya selama dua musim ini bersama Man United, ketika menghentikan Liverpool dan Chelsea yang tengah on fire dengan dua pemain bintang yang mereka miliki, Mohamed Salah dan Eden Hazard. Pada dua laga tersebut, Mourinho mengandalkan Ashley Young, Scott McTominay, dan Ander Herrera untuk mematikan pergerakan mereka.
Memang, tidak mudah menerapkannya kepada Man City, karena sumber gol mereka datang hampir dari seluruh pemain. Tidak ada pemain khusus yang harus mereka matikan. Namun, jika melihat kekalahan 0-3 Man City dari Liverpool, kemungkinan, Mourinho akan menerapkan high pressing yang dimulai dari pertahanan Man City hingga lini tengah. Membuat para pemain Man City tidak leluasa membangun serangan.
Idealnya, Mourinho akan memainkan tiga gelandang sekaligus untuk mengimbangi lini tengah Man City. Dalam formasi 4-3-3 atau 3-5-2, tiga gelandang itu berpotensi ditempati Nemanja Matic, McTominay, dan Paul Pogba. Tugas untuk menghentikan atau menjadi tembok pertama pertahanan Man United akan dijalankan oleh Matic dan McTominay. Bisa jadi juga, mereka diberi instruksi oleh Mourinho untuk me-marking pergerakan eksplosif Kevin De Bruyne atau David Silva - dua motor serangan Man City.
Rotasi Pemain Man City
Guardiola sudah berkata adanya kemungkinan baginya merotasi pemain Man City. Fokus mereka juga terbelah untuk membalikkan agregat gol 0-3 di leg kedua melawan Liverpool di Etihad Stadium pekan depan. Kendati demikian, kedalaman skuat Man City terbilang bagus, sehingga siapapun pemain yang diturunkan Guardiola, dapat menjaga keseimbangan dan permainan hebat klub.
Sepanjang musim ini di Premier League, Man City memiliki rataan penguasaan bola sebesar 66,6 persen (hampir mendekati 70 persen). Permainan mereka yang mengandalkan penguasaan bola takkan berubah saat menjamu Man United. Sebisa mungkin, mereka akan menciptakan banyak peluang dengan penguasaan bola yang dimiliki.
Singkatnya, Man United, atau lebih tepatnya Mourinho, barangkali sudah mengantisipasi kemungkinan "serangan 1001 malam" dari Man City dari berbagai arah: serangan dari sayap atau umpan terobosan yang membelah pertahanan dari lini tengah.
Rotasi pemain Guardiola itu mungkin melibatkan Bernardo Silva, Fabien Delph, Danilo, John Stones, dan Sergio Aguero, yang masih berpotensi bermain pasca sembuh dari cedera. Dibanding Man United yang coba mencari anti-taktik untuk menangkal serangan Man City. Tim tuan rumah hanya melanjutkan apa yang mereka sudah perlihatkan musim ini: bermain ofensif, agresif, cepat, enerjik, dan membuktikan statistik 17,5 tendangan per laga dengan tingkatan 2,8 gol per laga benar adanya.
Zonal Marking atau High Pressing, Man United?
Bermain dengan sistem high pressing sebenarnya lebih ampuh untuk menghadapi lawan dengan tipe bermain seperti Man City. Namun, tidak semua tim piawai memainkannya. Sejauh ini, baru Liverpool dan Man City yang memainkan pressing dengan hitungan yang sistematis, serta rapih.
Man United seringkali lebih sering mengombinasikan pressing dengan zonal marking. Pressing itu biasanya dilakukan pemain di lini depan. Sedangkan ketika lawan mampu melewati garis tengah permainan, dua pivot (gelandang jangkar) biasanya bergerak di area antara sepertiga pertahanan dan lini tengah. Mereka akan meng-cover bek-bek Man United dengan sistem zonal marking.
Gaya bermain itu lah yang membuat Man United bermain dengan strategi parkir bus atau super defensif. Tetapi di satu sisi berbeda, permainan seperti itu bisa memancing lawan untuk semakin agresif menyerang. Inilah risikonya.
High pressing yang diterapkan Liverpool di Anfield melawan Man City, bisa juga dimainkan Man United, dengan partisipasi lini depan untuk membantu melakukannya. Romelu Lukaku, Alexis Sanchez, dan Jesse Lingard bisa diandalkan untuk melakukannya, serta sesegera mungkin melakukan serangan balik ketika menguasai bola.
Fernandinho atau Ilkay Gundogan, dua gelandang tengah yang biasa menjadi metronom atau otak permainan Man City di lini kedua, bisa dibuat tidak nyaman dengan pressing tersebut. Lini kedua inilah yang akan jadi kunci permainan Derby Manchester. Siapa yang dapat memenangi duel perebutan bola lebih banyak -tentunya lebih memiliki tekad kuat- dapat memenangi laga.