5 Pelajaran Menarik dari Kemenangan Chelsea atas Barcelona di Jepang
BolaSkor.com - Chelsea arahan Frank Lampard langsung merusak debut perdana Antoine Griezmann, Neto, dan Frenkie de Jong, kala memperkuat Barcelona di laga uji coba pramusim yang berlangsung di Stadion Saitama, Selasa (23/7) malam WIB.
The Blues menang dengan skor tipis 2-1 atas Blaugrana meski tidak banyak menguasai penguasaan bola. Chelsea bermain efisien dengan hanya 44 persen penguasaan bola melalui gol yang dicetak Tammy Abraham (34') dan Ross Barkley (81').
Barcelona, yang melepaskan total 14 tendangan dan delapan sepakan tepat sasaran, mendominasi penguasaan bola sebesar 56 persen, hanya bisa melesakkan gol dari tendangan keras Ivan Rakitic di menit 90+1. Ini jadi laga uji coba pramusim pertama Barca.
Baca Juga:
Telan Kekalahan Pertama, Frank Lampard Mengaku Puas
Debut Antoine Griezmann Berakhir dengan Kekalahan di Stadion Saitama
Antoine Griezmann Tidak Mau Neymar Datang ke Barcelona
Barcelona setelah laga melawan Chelsea akan melawan Vissel Kobe (27/7), Arsenal (5/8), dan Napoli dua kali (8/8 dan 11/8). Sementara Chelsea akan melawan Reading (28/7), Red Bull Salzburg (1/8), dan Borussia Monchengladbach (3/8).
Dari pertandingan yang berlangsung semalam, ada lima pelajaran atau catatan menarik yang dapat dipelajari. Merangkumnya dari berbagai sumber, berikut penjabarannya:
1. Persaingan Lini Depan Chelsea Cukup Ketat
Embargo transfer dari FIFA tampak tidak terlalu memengaruhi kekuatan Chelsea. Skuat mereka tetap kuat, khususnya karena beberapa pemain yang dipinjamkan kembali. Di depan, Olivier Giroud tidak lagi sendirian karena kini ada Michy Batshuayi dan Tammy Abraham.
Nama yang disebut terakhir sudah memperlihatkan nalurinya dalam mencetak gol. Meski hanya memanfaatkan blunder yang dilakukan Sergio Busquets, striker yang musim lalu dipinjamkan ke Aston Villa itu memperlihatkan kejeliannya bergerak cepat, mengelabui Marc-Andre ter Stegen sebelum mencetak gol.
Pergerakan cepat pemain berusia 21 tahun akan memberikan warna baru dalam permainan Chelsea musim ini. Kombinasi yang tepat jika Abraham diduetkan dengan Batshuayi (kecepatan dan kecepatan) atau dengan Giroud (kecepatan dan pengalaman bermain).
2. Antoine Griezmann Harus Melupakan Skema Bermain Diego Simeone
Situasi yang tidak mudah harus dilalui Antoine Griezmann di masa transisi bermain dari Diego Simeone ke Ernesto Valverde, Atletico Madrid ke Barcelona. Griezmann kini harus lebih aktif bergerak karena Barcelona akan selalu mendominasi penguasaan bola.
Striker asal Prancis tidak bisa lagi menanti bola dari rekan setim dan kemudian melancarkan serangan (serangan balik). Di Barcelona, Griezmann akan dituntut untuk bergerak aktif, membuka ruang, dan menanti operan bola untuk membongkar pertahanan lawan.
"Dia (Griezmann) seharusnya lebih nyaman lagi, berkembang, tapi tiap kali dia menerima bola dia selalu punya niatan yang sangat buruk untuk lawan. Dia sangat berbahaya dengan bola dan kami sangat berharap banyak darinya. Ketika kami bisa lebih mendominasi, dia akan lebih banyak terlibat," tutur Valverde soal Griezmann.
3. Mason Mount Digembleng Jadi Suksesor Lampard
Dalam formasi 4-2-3-1, Mason Mount selalu ditempatkan sebagai gelandang serang di belakang striker tunggal. Dalam empat kesempatan laga pramusim, Lampard menjadikannya starter tiga kali. Ini bisa jadi bukti kepercayaannya kepada pemain berusia 20 tahun.
Pilihannya tidak salah memainkan Mount. Dia menjadi metronom permainan Chelsea dengan visi bermain dan bekerja sama baik dengan Christian Pulisic, Abraham, dan Pedro. Mount menjalani peran yang dahulu dimainkan oleh Lampard dengan baik.
Selain Mount, Lampard juga memiliki opsi lain untuk dimainkan di posisi itu, yakni Ross Barkley. Eks gelandang serang Everton bermain sama baiknya dengan Mount di posisi itu.
4. Seleksi Pemain ala Frank Lampard
Meski tidak bisa mendaftarkan pemain-pemain baru, skuat Chelsea cukup gemuk dan Lampard tetap dapat menjual beberapa pemain. Dalam skuat terkini, nama Tiemoue Bakayoko dan Kenedy bisa saja dilego klub.
Di lini tengah, Lampard sudah memiliki Jorginho, Mateo Kovacic, N'Golo Kante, Ross Barkley, dan Mason Mount. Belum lagi ada Danny Drinkwater yang memenuhi kriteria pemain lokal yang dapat bermain di Premier League dan Liga Champions.
Bakayoko dan Kenedy bisa jadi akan dijual Lampard. Nama yang disebut pertama masih berharga tinggi karena masih relatif muda, berpengalaman, dan juga berkualitas.
5. Tempo Bermain Barcelona Masih Lambat

Barcelona bisa memanfaatkan waktu tanpa Luis Suarez dan Lionel Messi yang masih berlibur usai bermain di Copa America 2019 dengan melakukan beberapa eksperimen taktik. Fans Barcelona juga harus mulai beradaptasi melihat klub mereka tanpa sang megabintang.
Terlihat jelas kala melawan Chelsea, Barcelona bermain dengan tempo lamban kala menguasai bola dan membuka kans bagi Chelsea melakukan tekanan. Memang, ini masih pramusim dan laga uji coba pertama bagi Barcelona, tapi, mereka harus memiliki warna bermain yang berbeda.
Kehadiran Griezmann dan De Jong harusnya bisa mengubah permainan Barca. De Jong dapat meningkatkan tempo bermain Barca ketika dibutuhkan, sementara Griezmann dapat memberikan kecepatan bermain di lini depan.