Inggris

5 Alasan Mengapa Anda Harus Menyaksikan Laga Man United vs Arsenal

Arief Hadi - Minggu, 29 April 2018

BolaSkor.com - Tidak ada titel yang dipertaruhkan ketika Manchester United menjamu Arsenal di pekan 36 Premier League. Kedua tim juga sudah tidak lagi bertarung merebutkan trofi Premier League, atau posisi keduanya tidak lagi berdekatan seperti di masa lalu. Kendati demikian, pertarungan kedua tim tersebut tetap harus Anda saksikan, bagi Anda yang menyukai sepak bola Eropa, khususnya Inggris.

Pertandingan akan berlangsung di Old Trafford pada Minggu (29/4) pukul 22.30 WIB. Baik Arsenal atau Man United sama-sama dalam kondisi siap tempur untuk menyelesaikan musim 2017/18 dengan baik, setidaknya bisa finish di posisi terhormat. Arsenal mungkin sedikit keletihan karena habis memainkan laga Liga Europa melawan Atletico Madrid.

Akan tetapi, hal tersebut tidak bisa dijadikan keuntungan bagi Man United, karena Arsenal juga tahu betapa pentingnya pertandingan di Old Trafford nanti. Ditambah lima alasan tertentu, pertarungan tim Jose Mourinho dengan armada Arsene Wenger, memang harus Anda saksikan. Apa saja kelima alasan tersebut?

1. Adieu, Arsene Wenger

Dahulu kala, Old Trafford atau bisa disebut juga Teater Impian, merupakan panggung yang menjadi saksi mati persaingan dua rival, Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger. Pertarungan keduanya untuk jadi yang terbaik di Inggris terjadi pada medio 1998-2005, namun setelahnya, Ferguson tampak sudah menemukan cara untuk meredam kekuatan Wenger dan sukses mendominasi Premier League.

Ketika Ferguson pensiun di tahun 2013 dengan memberikan titel Premier League ke-20 untuk Man United. Wenger masih senantiasa melatih Arsenal. Berharap kelak, ia dapat memupus puasa gelar Premier League Arsenal yang terakhir diraih pada tahun 2004.

Waktu terus berjalan, memasuki tahun ke-22 Wenger bersama Arsenal, klub justru mengalami kemunduran jika menjadikan posisi di klasemen serta performa sebagai tolok ukurnya. Arsenal tidak lagi lolos ke Liga Champions musim ini dan berpotensi, terjadi kembali untuk musim depan - jika Arsenal gagal menjuarai Liga Europa musim ini.

Apapun itu, setiap manusia memiliki momen naik-turun perjalanan hidupnya masing-masing. Begitu juga Wenger. 22 tahun melatih The Gunners, Wenger sudah meninggalkan banyak warisan dan membentuk pondasi klub, serta menjaga keuangan klub tetap sehat. Tidak terhitung, sudah berapa banyak pemain hebat yang pernah bekerja dengannya, atau pemain-pemain yang sudah diorbitkannya di usia muda.

Publik Old Trafford pun tahu, jika pada laga nanti, akan jadi kesempatan bagi fans melihat Wenger untuk terakhir kalinya sebagai manajer Arsenal. Menarik untuk dinanti, apa sambutan fans Man United kepadanya nanti. Memberi penghargaan dengan tepukan tangan, atau malah, mengingatkan kembali tragedi Arsenal di Old Trafford pada tahun 2011. Saat Arsenal dipecundangi dengan skor 2-8 oleh Man United.

2. Akhir Perseteruan Jose Mourinho dan Arsene Wenger

Perang kata keduanya menjadi hiburan fans netral di masa lalu. Bagi beberapa pihak cenderung berlebihan. Wenger pernah menyebut Mourinho sebagai manusia yang tidak pernah memahami realitas hidup. Sedangkan Mourinho, menyindir keringnya titel Premier League Arsenal, dengan melabeli Wenger sebagai spesialis gagal.

Perseteruan keduanya sudah dimulai kala Mourinho datang ke Inggris untuk kali pertamanya pada tahun 2004, untuk melatih Chelsea. Sempat bertualangan ke Italia dan Spanyol, The Special One kembali lagi ke Inggris pada tahun 2013. Perseteruannya semakin menjadi dengan Wenger.

Setahun setelah ia kembali ke Inggris, Wenger pernah mendorong Mourinho di area teknis karena protes berlebihnya kepada wasit, atau juga karena ucapannya kepada Wenger. Empat tahun berlalu, kini kedua manajer sudah sama-sama sadar: tindakkan dan tutur kata mereka terlalu berlebihan. Mereka berdua pun sama-sama sepakat, jika rivalitas keduanya memang menegang, namun, didasari dengan respek satu sama lain.

Mourinho pun bersiap menyambut pria Prancis berusia 68 tahun itu di Old Trafford. Tentu, dengan jabat tangan di awal dan akhir laga. Selama laga berlangsung, siapa tahu ada momen lain yang memicu kontroversi dan keduanya ... kembali berdebat.

3. Sama-Sama Ingin Jaga Momentum

Tidak ada titel yang dipertaruhkan pada laga tersebut. Tapi, bukan berarti kedua tim tidak memiliki tujuan bermain. Man United ingin menjaga tempat mereka sebagai runner-up Premier League di bawah Manchester City. Plus, Paul Pogba cs ingin menjaga momentum sebelum memainkan final Piala FA melawan Chelsea.

Pun demikian dengan Arsenal. Bedanya, pekan depan mereka akan memainkan laga hidup mati di Wanda Metropolitano, markas Atletico Madrid di leg kedua semifinal Liga Europa. Agregat gol keduanya masih sama kuat 1-1. Arsenal wajib mencetak gol karena dalam agregat gol tersebut, mereka kalah agresivitas gol tandang.

Sedangkan di Premier League, Arsenal juga masih berharap bisa merebut posisi Chelsea yang saat ini berada di urutan lima klasemen. Keduanya terpaut sembilan poin saat ini dan Arsenal, memainkan dua laga lebih sedikit ketimbang Chelsea. Dengan target tersebut, maka laga nanti diprediksi akan berjalan sengit. Tidak membosankan.

4. Reuni Alexis Sanchez dan Henrikh Mkhitaryan

Januari lalu, di bursa transfer musim dingin, pertukaran besar terjadi di antara Arsenal dengan Man United yang notabene rival di Premier League. Tanpa memikirkan status keduanya dan hanya fokus melihat ketertarikan yang sama, pertukaran pemain pun terjadi. Alexis Sanchez ke Man United, sebaliknya, Henrikh Mkhitaryan menyeberang ke Emirates Stadium.

Transfer keduanya merupakan win-win solution bagi kedua klub. Arsenal mendapatkan pemain hebat untuk menggantikan Sanchez yang kontraknya berakhir di akhir musim. Begitu juga Man United, yang mendapatkan pemain berkarakter dan berkualitas seperti Sanchez sebagai ganti Mkhitaryan.

Tidak butuh waktu lama bagi kedua pemain itu bereuni dengan mantan klubnya. Kondisi Mkhitaryan masih meragukan karena cedera. Namun, jikalaupun bermain nantinya, fans di Old Trafford tidak akan melupakan mantan pemain yang membantu tim meraih titel Liga Europa musim lalu. Mkhitaryan dua tahun bermain untuk Man United.

Sedangkan Sanchez lebih emosional lagi. Ia sudah empat tahun bermain untuk Arsenal dan meraih dua titel Piala FA. Wenger pun merasa aneh melawannya. Menarik, apakah Sanchez atau Mkhitaryan nantinya bisa jadi pembeda melawan mantan klubnya? Bisa jadi. Sepak bola itu tidak pernah bisa ditebak.

5. Beda Filosofi Bermain Kedua Tim

Man United pernah memberikan luka kekalahan 3-1 untuk Arsenal di Emirates Stadium di paruh musim pertama. Kala itu, Man United bermain sederhana ala Mourinho dengan melancarkan serangan balik, disertai efisiensi mencetak gol. Faktor tambahan lainnya adalah, aksi heroik David De Gea yang melakukan banyak penyelamatan dari serangan 1001 malam Arsenal.

Setidaknya, penjelasan di atas sudah cukup menggambarkan bagaimana permainan kedua tim saat ini. Arsenal masih setia dengan filosofi ofensif ala Wenger. Man United kuat di lini bertahan dan efisien ketika melakukan serangan.

Arsenal juga wajib mewaspadai rekor Man United saban melawan tim-tim besar di tahun 2018 ini. Man United mengalahkan Chelsea (2-1), Liverpool (2-0), dan Man City (3-2). Bermain di Old Trafford, Man United bisa semakin menjadi dengan dukungan "pemain ke-12". Jadi, Arsenal jelas tidak bisa begitu saja nekat menyerang dan membiarkan pertahanan menjadi bulan-bulanan serangan balik Man United.

Bagikan

Baca Original Artikel